J.H Neumann mendapatkan data-data yang mengejutkan, bahwa daerah pemukiman orang Karo, kaya untuk bahan penelitian. Tentu saja permainan anak-anak Karo di tahun 1906 lebih dari 20 jenis, namun mungkin ia akan mendata kembali untuk waktu berikunya.
20 permainan kanak-kanak yang dituliskannya dimasukkan pada buku : Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap, jrg 50, 1906 (01-01-1906). Bisa dibaca dari halaman 347 hingga 364. Berikut uraiannya :
Sambungan dari Bahagian 2.
Setiap pemain memiliki dua belas potongan yang ia tempatkan pada 1 dan 0 (lihat gambar) dan tidak seperti dalam catur, tetapi di titik atau pertemuan garis, seperti yang ditunjukkan oleh 1 dan 0.
Potongan-potongan itu bergerak maju di sepanjang garis dan bisa memukul/memakan buah lawan bila dilompati. Buah tidak bisa mundur.
Bila punya kesempatan baik, akan bisa terus melompat hingga sampai ke daerah lawan. Dan permainan ini berakhir bila semua buah tersisa masuk ke daerah lawan.
Saya melihat ada 3 variasi lagi pada si tampoelen, tetapi saya tidak akan menyebutkannya di sini, karena semuanya hampir sama.
Erpandjang galah
Permainan ini sangat populer. Gambar di bawah menggambarkan daerah “medan pertempuran.” Sebuah 2 garis bersilang (salib) panjang digambar di atas tanah, Tampak lingkaran (O) di ujung dan di titik persimpangan (a).
Anak-anak dibagi menjadi dua pihak, salah satu di pihak A dan pihak lain di B. A adalah pihak yang menyerang dan B pasukan bertahan.
Yang pertama mencoba menembus area B tetapi harus berhati-hati agar tidak tertangkap; jika dia tertangkap, dia menjadi anggota B dan harus membantu B. Dan pihak B juga mendapat hak untuk mendapatkan atau menarik anggota A yang terlalu dekat dengan garis.
Tanda lingkaran (O) menunjukkan batas-batas luar yang tidak bisa dilewati. Jika seseorang melewatin batas luar (tanda lingkaran), dia meseng = terbakar, dan dengan demikian dia tidak bisa bermain lagi.
Saya tidak bisa menjelaskan arti nama permainan ini dan hubungannya dengan galah = tongkat dengan perihal menyerang.
Ernahe nahe
Ernahe nahe = egrang, sepenuhnya sama dengan permainan anak-anak di Belanda.
Erpanta
Permainan Panta bisa dimainkan oleh sebanyak yang mereka inginkan. Panta adalah sepotong bambu tebal, atau sepotong kayu yang di satu sisi datar, di sisi lain dengan ujung tajam.
Selanjutnya, dua tongkat lagi dibutuhkan, satu untuk menerjang Panta. Dan yang kedua alat pemukulnya (paloe-paloe).
Tempat permainan dibuat tiga garis (seperti di gambar). Di bahagian I para pemain berdiri, di bahagian II Panta yang diberdirikan dan diawasi oleh penjaga, di bahagian III ada garis lain yang tujuan akhir.
Untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pemain pertama Panta, dilakukan pengundian. Yang kalah menjadi penjaga yang mengawasi. Yang menang menyusun Panta, menempatkan Panta mereka di tanah.
Pemain pertama mempersiapkan diri dengan tongkatnya untuk memukul Panta sehingga Panta terbang ke depan. Tujuannya adalah untuk menggulingkan Panta yang berdiri di bahagian II.
Namun, jika Panta tidak mencapai Panta yang berdiri, dapat diulang dua kali. Namun, jika Panta yang berdiri tegak dapat dipukul memasuki lokasi bagian III, maka pemain dapat melanjutkan permainan. Jika tidak berhasil menggulingkan Panta yang berdiri, ia harus menjadi penjaga Panta.
Setiap pemain melakukan persiapan dengan mengayun-ayunkan tangan atau mungkin mencari firasat sebelum memukulnya secara sempurna. Ada kata mana ‘nggerek, hal yang tidak jelas bagi saya.
‘Nggerek berarti menyentuh atau terlempar, karena istilah ini untuk permainan yang telah menjatuhkan Panta dalam satu pukulan. Jadi di sini berarti: menang.
Selanjutnya mereka mengatakan untuk “tidak tersentuh” dengan Tjoet.
Erboedjang mareka
Tentang nama permainan ini saya ingin menyampaikan. Pertama saya pikir itu adalah permainan yang berasal dari orang Melayu yang dimainkan oleh orang Karo di Doesoen. Namun sekarang saya percaya bahwa itu adalah asli milik orang Karo. Karena nama itu juga terdapat pada salah satu pasar Goenoeng-goenoeng (dataran tinggi) yang menyandang nama Tiga Boedjang Mareka.
Orang memotong kertas menyerupai sosok manusia dan menggantungnya. Seseorang menjadi pemimpin pertunjukan dan yang lain adalah pembantunya.
Pembantunya menyingkir dan tak melihat ke arah boneka kertas. Lalu diminta seseorang dari penonton untuk menyentuh setiap bagian dari boneka itu.
Jika penonton telah menyentuh sesuatu (misalnya telinga), pembantu kembali datang dan mengatakan apa yang telah disentuh sang penonton barusan.
Dia bisa mengetahui jawabannya itu karena menerima kode dari seseorang. Dengan segala macam cara, misalnya si pemberi kode menyentuh telinganya sendiri. Karena kode ini dia bisa memberi jawabannya.
E r t i p a k
Ertipak = menendang, tendangan (madit = tendangan ke belakang kuda). Jika seseorang melangkah dengan permukaan bagian dalam kaki, ini disebut ngëlajang.
Erloeboek
Nama permainan ini mengacu pada lubang-lubang menyerupai lesung yang dibuat di tanah (loeboek). Biasanya dibuat sepuluh lubang di tanah. Dibagi dua pihak (lihat gambar), 1-5 di satu pihak, 6-10 pihak lainnya (koeta); di setiap Loeboek diisi tiga batu. Kedua pemain duduk di sekitar Loeboek nomer 3 dan 8.
Permainan dimulai dengan salah satu pemain mengambil tiga batu (kerikil) dari salah satu Loeboek dan menjatuhkan satu batu di setiap lubang-lubang berikutnya. Di mana batu terakhirnya jatuh, ia mengambil semua batu dan terus menjatuhkan salah satu dari mereka di semua lubang-lubang berikutnya, dan seterusnya.
Apabila dia menemukan batu terakhirnya jatuh ke dalam lubang kosong dan lubang di seberang (milik lawan) terdapat beberapa batu di dalamnya, maka dia bisa mengeluarkan semuanya, itu adalah keuntungannya (moewat soewap). Namun jika lubang di seberang kosong, maka ia harus berhenti dan lawannya berhak bermain.
Tujuan dari permainan ini adalah untuk memenangkan semua batu (moewat soewap poentoeng). Cara lain yang agak dimodifikasi dari permainan ini adalah ersikandangen, di mana Loeboek diadopsi sebagai koeta.
Saya menyelesaikan sampai di sini perihal permainan anak-anak; penjelasan-penjelasan ini menunjukkan bahwa daerah ini secara mengejutkan kaya untuk penelitian; masyarakat yang begitu sederhana dan kaya akan bentuk. Tentu saja saya akan data kembali permainan anak-anak atau permainan lain yang terlewatkan.
Saya tidak menyebutkan permainan catur, karena studi terpisah tentang ini dilakukan oleh Lord Von Oefele. Saya tak memasukkan permainan kartu yang mirip djoedi, karena ini sepertinya kurang tepat dalam konteks ini.
Kadang-kadang saya juga mengabaikan beberapa, seperti pada erbitjik, dimainkan dengan buah këmbiri, hampir sama dengan ërpëskir; atau seperti ërtipak koeta koeta. Ternyata ada variasi dari ërtipak samboet, tetapi akhirnya batas-batas tidak lagi diperhitungkan (ërsase); dan mungkin ada lebih banyak lagi yang lolos dari penyelidikan saya.
Permainan yang dilaporkan semoga memberikan gambaran yang baik tentang permainan anak-anak yang ada dan akan cukup untuk perbandingan apa pun.
Akhirnya, sebuah lagu, dinyanyikan setelah anak-anak bermain ketika akan pulang ke rumah :
Tjoepak tjoepak banban
Koedjoekdjoek boewah boehara
Naktak boewah barëmboeng
Koetënahkën anak përana ras toewa -toewa bëngkoeng
Nakanna nakan bëntar
Bëngkona kërtik kërtik
Tjt)ngke tjëngke tjëngkeloeng
Bëlang belang babah
Bëlang bëlang babah
Sumber :
Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap : (bijdragen tot de kennis der zending en der taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië), jrg 50, 1906, 01-01-1906.