Tahun 1906, J.H. Neumann mengumpulkan data permainan anak-anak di Karo dan menuliskannya. Ada 20 permainan kanak-kanak yang dituliskannya di buku : Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap, jrg 50, 1906 (01-01-1906). Berikut uraiannya
Lanjutan dari Bahagian 1
Erpëskir
Untuk permainan ini dibutuhkan beberapa potongan kecil tempurung kelapa, dan diletakkan di atas tanah dalam satu atau dua baris (disebut soerampang).
Pada jarak tertentu, ada garis yang ditarik di atas tanah dan di sini para pemain memposisikan dirinya. Masing-masing pemain memegang sepotong tempurung kelapa (Belat) yang akan digunakan untuk menembak potongan-potongan kecil di soerampang.
Satu per satu mereka menembak tempurung kelapa kecil di soerampang, dan berapa banyak yang di soerampang tercampak keluar ini adalah kemenangannya.
Permainan seperti ini ada juga di Belanda, tapi dengan jari-jari mengerakkan guli atau kelereng.
Pëskir berarti “menembak.” Untuk tujuan yang sama, bukan saja potongan batok kelapa tapi bisa juga digunakan pecahan piring, cangkir dan lain-lain.
Ersipandjalën
Ersipandjalën dan dua permainan berikutnya adalah alat untuk tembak menembak namun bukan alat yang berbahaya.
Ersipandjalën dibuat dari sepotong bambu rata yang ditekuk ke belakang, lalu ditempatkan batu atau biji-bijian djagoeng pada ujung bambu dan kemudian dilepaskan. Oleh kelenturan bambu, batu itu dapat terbang jauh.
Pada permainan bernama Ersipetarën terbuat dari bambu muda yang dibuat untuk menembak (petar petar). Sebagai peluru orang menggunakan buah dari oeban oeban dan patoeroet.
Para permainan Ersipistakën membutuhkan sejenis senapan yang terbuat dari bambu (pistak pistak). Senjata ini adalah sepotong bambu panjang, lalu ada dibuat sebuah celah. Lubang persegi panjang ini dilengkapi dengan semacam pelatuk seperti paruh ayam jantan dari potongan bambu melengkung. Peluru ditempatkan lalu pelatuk membuatnya terbang ke depan.
Sejauh mana pistak pistak adalah tiruan dari senjata sangat sulit untuk ditentukan. Ini meniru senjata atau kebalikannya, tapi pada perkembangnanya kebanyakan menggunakan kayu. Menurut saya itu adalah mainan yang sangat tua dan peningkatan dari Erpandjal yang disebutkan sebelumnya.
Erbiri
Apa ini ada hubungan dengan biri-biri = domba? Tidak . Permainan ini menyerupai permaian bola bekkel atau “bikkelen” di Belanda.
Di sini biasanya dimainkan dengan buah menyerupai anggur yang dinamakan bas bas; bulat hitam, buah yang sekeras batu. Dua atau lebih dari buah-buah ini diletakkan di tanah, satu dipegang di tangan; yang ada di tangan dilemparkan ke atas dan sementara buah diambil dari tanah, dan dikumpulkan.
Demikian seterusnya sampai semua buah diambil dari tanah. Jika buah yang dilempar ke atas menyentuh tanah maka ia harus berhenti. Yang lain mengambil giliran.
Ini adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak perempuan.
Ersidëngër
(Deger = sentuh). Sejumlah batang bambu dilemparkan ke tanah di atas tumpukan ; salah satu pemain sekarang harus mencoba untuk melepaskan tongkat dengan tongkat tanpa menyentuh tongkat lainnya, juga tongkat lainnya mungkin tidak bergerak.
Segera setelah dia mengambil semua tongkat, dia telah memenangkannya.
Ersoelemban
Sepuluh sampai lima belas batang bambu, sekitar 15 cm masing-masing panjangnya, diletakkan di tangan yang rata (telapak tangan). Dan pemain melempar ke atas dan menangkapnya dengan punggung tangannya.
Tentu saja tidak semua orang bisa menangkapnya lagi, tetapi harus bisa dan yang dibutuhkan jumlah dengan angka ganjil (sementara bila jumlahnya genap, dia gagal). Dan batang bambu ganjil yang tertangkap punggung tangan ini disisihkan. .
Sekarang semua batang tersisa dilemparkan lagi dan mencoba menangkap dengan jumlah ganjil lagi, mengambil satu lagi, dan seterusnya dan seterusnya, sampai memenangkan semua batang.
Ergasing
Permainan ini untuk menggerakkan gasing untuk tetap berputar. Sabuk penggeraknya tidak diketahui bahannya, tetapi orang-orang di Belanda menyebutnya priktol.
Gasing terbuat dari kayu; untuk mengatur gerakkan gasing, tali dililitkan di bagian yang tipis dan dilemparkan ke tanah. Sekarang tujuan dari bermain gasing adalah mencoba untuk bertemu dengan gasing rekannya yang menjadi korbannya, sampai gasing lawan itu berhenti berputar. Atau juga bertanding siapa yang paling lama berputar.
Meskipun gasing umumnya adalah karya tanpa seni, ada di dalam cerita (Adji Bonar) tentang gasing yang sangat bersih dan bahkan mengeluarkan suara seperti gasing yang modern milik kami – bisa bersenandung sambil berputar.
Erporok
Mungkin ini permainan yang paling sederhana karena tidak ada lagi yang diperlukan selain beberapa tempurung kelapa. Tempurung kelapa ditempatkan di tanah oleh anak laki-laki dan dikelilingi oleh kakinya.
Dengan gerakan tiba-tiba dari satu kakinya, tempurung kelapa dipindahkan ke belakang dan sekarang harus mencoba untuk memukul semua tempurung kelapa di belakang.
Dia akan terus mencoba, mencoba lagi dan lagi. Tempurung kelapa = soedoe, porok disebut dalam permainan ini.
Eretar-etar
Permainan seperti jalan orang “pincang.” Tiga anak laki-laki saling membelakangi satu sama lain dan masing-masing menjulurkan kaki kanannya ke belakang sehingga mereka bergabung bersama seperti tiga kaitan.
Lalu kini mereka telah berdiri di kaki kiri masing-masing, mereka sekarang berusaha untuk terus berdiri seperti ini lama dan tentu saja jarang berhasil.
Ertipak raga
Permainan sepak bola di mana tidak ada aturan lain yang banyak selain bahwa bola harus ditendang sesering mungkin tanpa menyentuh tanah, dan jika bola ini ke arah temannya satu team maka temannya akan menendang bola ini kepadanya.
Seseorang tidak menendang dengan jari-jari kaki, tetapi dengan permukaan bagian dalam kaki, melindungi pergelangan kaki dengan mengikatnya (daun pelindung pinang.) Pelindung kaki ini disebut soelampak.
Ertipak samboet
Lingkaran besar digambar di tanah, semua pemain menempatkan diri di lingkaran itu, salah satu anak laki-laki tetap berada di luar. Yang berada di luar harus berusaha menarik satu atau lebih keluar dari lingkaran. Orang-orang yang berada di dalam lingkaran diperbolehkan untuk menjaga dirinya dengan menggunakan tendangan.
Jika yang berada di luar lingkaran berhasil untuk mengambil (samboet = mengambil, menangkap) orang yang di dalam lingkaran, maka orang itu akan menjadi pembantunya. Dan bertambahlah orang yang menarik keluar orang-orang yang di dalam lingkaran itu.
Ersëser
Agak mirip dengan catur dan dimainkan di papan sesuai dengan gambar di bawah ini. Saya tahu empat variasi di mana sebuah papan 5 x 5 atau 6 x 6 kolom (djaboe) digunakan. Namun, bentuk dasar adalah si tampoelen = memukul satu sama lain untuk dikalahkan, yang menjadi aturan di sini.
Setiap pemain memiliki dua belas potongan yang ia tempatkan pada 1 dan 0 (lihat gambar) dan tidak seperti dalam catur, tetapi di titik atau pertemuan garis, seperti yang ditunjukkan oleh 1 dan 0.
Bersambung ke bahagian 3.
Sumber :
Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap : (bijdragen tot de kennis der zending en der taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië), jrg 50, 1906, 01-01-1906.