Daerah “Gerilya” dibawah kaki gunung Sinabung (1949)

by -77 views
Harian Waspada tanggal 31 Oktober 1949
daerah gerilya di bawah kaki sinabung

Sepulang dari mengungsi, wartawan harian Waspada mengunjungi 3 desa di Karo:

Sifat kritis masyarakat Karo sudah ada sejak dulu. Tiap petang mereka berkumpul di kedai-kedai kopi. Disana surat-surat kabar dari Medan ditelaah dengan seksama. Seseorang ditunjuk untuk membaca, sedang yang lainnya hanya mendengar saja.

● Di kedai kopi terdengar kecaman yang pedas atas beleid (cara atau langkah yang ditempuh) seseorang pemimpin. Dan kecaman ini bukanlah di belakang-belakang akan tetapi berterus terang di hadapan yang bersangkutan.

Walau jembatan besi terputus, kaum ibu sambil mengendong anaknya menjunjung hasil taninya sambil meniti jembatan darurat dari empat batang bambu.

Juhar mempunyai murid sekolah 1.500 orang sedang guru yang berijazah hanya tiga orang.

Mantri gerilya dan dokter dari Jakarta. Dr. Sitepu namanya.

Kuburan-kuburan prajurit sepanjang jalan menuju Tiga Binanga.

Karo Siadi menuliskan ulang pemberitaan dari harian Waspada yang terbit pada hari Senin tanggal 31 Oktober 1949.

===

Daerah “Gerilja” dibawah kaki gunung Sinabung.

Kesan2 dari tanah Karo jang dikuasai TNI.

Oleh Djuruwarta “Waspada”

(Harian Waspada, Senin tanggal 31 Oktober 1949)

Diantara sedemikian banjak daerah2 jang dikuasai TNI di Sumatera Timur, lebih terkenal dengan nama daerah gerilja, adalah Tanah Tinggi Karo. Banjaklah disebut-sebut nama daerah gerilja, akan tetapi betapakah keadaan sebenarnja disana, bagaimana penghidupan penduduknja, betapa ekonomi dan pendidikannja disamping pergolakan juga meliputi tanah air sedikit sekali jang menobros keluar daerah itu. Hanja jang kita ketahui ialah bahwa disanalah TNI berkedudukan.

Oleh sebab itu kita telah memerlukan berkundjung kedaerah tersebut untuk melihat betapakah penghidupan saudara2 kita jang berada dikaki G. Sinabung di mana antaranja terletak kampung2 umpamanja Batu Karang, Tiga Nderket, dan Djuhar jang merupakan kampung terbesar di seluruh tanah Karo dengan lebih kurang 100 buah rumah, jang terpisah dari bahaja bumi hangus.

Kesan kita pertama dalam mengundjungi daerah ini ialah: rakjat kini sedang berusaha mengisi kedaulatan jang bakal diterima RIS, dan usaha mereka ini ialah mengenai pendidikan, pertanian, disamping pembangunan diatas puing runtuhan akibat aksi militer jang telah dua kali.

Kesan lainnja, ialah bagaimanapun sekali pergolakan sekarang di KMB, namun penduduk tetap pertjaja bahwa pemuka2 mereka jang kini sedang berunding di Den Haag akan tetap membawa rakjat Indonesia kemuara jang ditudju jaitu Indonesia merdeka dan berdaulat sepenuhnja.

Tidak suka Sibajak kembali.

Djuga telah kita tanjakan gaimanakah pendapat umumnja didaerah tanah tinggi Karo ini tentang kedudukan Sibajak2 atau radja2 urung. Dikatakan bahwa umumnja rakjat tidak suka mereka itu kembali memegang pemerintahan sebagai dahulu dan lebih menjukai keadaan jang sekarang terdapat diteruskan. Seorang jang bakal akan mendjadi radja urung kelak dan kini seorang pembesar TNI jang terkemuka djuga telah menegaskan ketika kita tanjakan kepadanja, bahwa ia sendiri tidak hendak kembali memegang kedudukan itu, djika sekalipun di RIS nanti ada terbuka kesempatan sebagai itu.

Pertanian.

Kundjungan jang kita lakukan pertama sekali ialah kedaerah Batu Karang, sebuah kampung jang pada perkundjungan ke Sumatera ini oleh menteri pertahanan Sultan Hamengku Buwono telah dikundjungi. Batu Karang ini adalah masuk daerah Karo Utara jang dikuasai oleh TNI dengan pertadbiran militernja.

Daerah ini dimasa jang lampau dimana djuga terletak Tiga Nderket adalah tempat pertempuran2 jang sengit antara tentera Belanda dan TNI dan merupakan satu daerah jang makmur. Disini rakjat giat melaksanakan pertanian.

Dalam setahun mereka dua kali menanam padi, dan dua kali menanam tembakau. Ketika kita berkundjung kesana, kebetulan di bagian hulu tampaklah ribuan hektare sawah jang menghidjau dengan padi jang sedang berperut, sedang dihilir tampaklah tembakau jang sedang tingginja.

Menurut taksiran, Batu Karang tiap bulan mengeluarkan 60 ton tembakau jang paling enak mutunja dari tembakau2 di daerah lain. Beras umumnja tidak kurang, sedang disamping kedua bahan ini ditanam pula kol.

Hanja sangat dirasakan disana kekurangan alat untuk membereskan djalannja pengairan jaitu bahan semen. Telah semendjak habis perang irrigasi disana tidak bisa mendapat perhatian sepenuhnja berhubung ketiadan semen. Akan tetapi dengan alat dan usaha jang se-bisa2nja, tampaklah bahwa penduduk disana tidak mau tinggal diam untuk mendjaga irrigasi didaerah ini, dari mana banjak bergantung seluruh pertanian mereka.

Perternakan.

Sebagaimana diketahui djuga daerah ini (dan tak djauh dari sana terletak djuga Tiga Nderket) perternakan dimasa jang lampau banjak diuşahakan. Akan tetapi berhubung dengan aksi militer, maka banjak ternak2 penduduk dibawą mengungsi, untuk mendjadi ongkos didalam perdjalanan, dan penduduk jang mengungsi itu kini banjak jang telah kembali akan tetapi diantara ternak jang sedemikian banják dibawa tidaklah ada jang dibawa pulang kembali sehingga kini terpaksalah dimulai kembali.

Walaupun demikian bukan tidak tampak oleh kita puluhan kerbau dihimpau atau jang sedang mandi disungai.

Harian Waspada tanggal 31 Oktober 1949.

Pengangkutan.

Pengangkutan adalah satu soal djuga didaerah itu. Kalau djalan2nja sudah banjak jang rusak, karena tiadanja bahan2 teruntuk memperbaikinja ataupun karena keadaan jang memaksa penduduk untuk menudjukan perhatian kepada perdjoangan jang sedang dihadapi ataupun karena banjak pula jang harus mengurus keperluannja sendiri setelah pulang mengungsi dari gunung, dengan mendapati rumahnja banjak jang musnah, maka djuga disamping itu banjak pulalah titi jang dirusakkan dimasa aksi2 jang lampau jang menghambat pengangkutan itu. Akan tetapi sungguhpun demikian didaerah “gerilja” itu, bukan tidak ada motor jang mengangkut bahan2 hasil daerah itu ke Brastagi dan Kabandjahe.

Motor gerobak sewa dua atau tiga kali sehari jang berangkat dari Batu Karang penuh dengan muatan penompang dan hasil2 bumi seperti tembakau menudju ke Tiga Pantjur dimana titi telah dirusakkan, dan dimana terpaksa harus berganti motor.

Begitu djuga djalan kekampung Djuhar jang sebagaimana kita katakan adalah merupakan kampung jang terbesar ditanah Karo sudah tidak bisa didjalani motor lagi karena titi antara Tiga Binanga dan Djuhar sendiri sudah diputus sama sekali.

Sungguhpun djalan ini tidak bisa digunakan untuk lalu lintas jang terputus putus bagi kenderaan, akan tetapi namun demikian tidaklah ia mendjadi halangan untuk mendjalankan ekonomi didaerah itu. Karena sebagai puhak jang sememang dari dahulu dikenal radjin dan hemat maka djika orang menindjau kedaerah itu terutama memperhatikan dimana titi terputus, banjaklah kaum ibu jang sambil mendukung anaknja, sedang beban di djundjung dikepala dengan melalui empat batang buluh menjeberang sebuah sungai ketjil jang terletak nun kebawah 15 m djauhnja dengan tiada sedikit gamangnja.

Pendidikan.

Salah satu jang akan menarik perhatian tiap orang jang berkundjung kesana ialah minat untuk beladjar, djuga dikalangan jang tua, Djuhar satu tempat jang kira2 10 km terletak dari Tiga Binanga, mempunjai murid jang sudah mendekati djumlah 1500 orang sedang guru jang beridjazah disana hanja tiga orang dan jang lain2 hanja guru bantu, sedang disana tjuma sebuah sekolah rakjat sadja.

Berlainan dengan Batu Karang jang mempunjai sekolah menengah dengan 140 orang muridnja.

Kekurangan guru memang mereka rasakan, akan tetapi kata mereka pula, apa di Medan djuga tidak terasa kekurangan guru itu. Jang penting sekarang kata para guru itu ialah minat untuk madju dari para anak2.

Alat2 lainnja serupa djuga dengan di Medan ini, dan kekurangan tentu tidak ketinggalan. Akan tetapi semua kekurangan itu tidak bisa menjebabkan kurangnja keinginan untuk beladjar sehingga sekolah malam pun diadakan.

Bahasa asing jang diadjarkań disekolah menengahnja adalah bahasa Inggeris.

Dari pihak penduduk jang terkemuka terutama dari kalangan guru dan pemerintahan ber-kali2 dijatakan supaja mereka disana hendaknja dibantu dengan para guru. Sudah djuga mereką usahakan akan tetapi sampai sekian djauh tidaklah berhasil.

Sifat jang kritis.

Umumnja dalam perdjalanan penindjauan kita ini ternjata penduduk disana sangat kritis. Tiap petang mereka banjak berkumpul dikedai-kedai kopi. Disana surat2 kabar dari Medan seperti “Waspada” dan “Mimbar Umum” ditelaah dengan seksama.

Seorang ditundjuk untuk membatja, karena kedua harian ini djuga tidak banjak sampai kesana, sedang jang lainnya hanja mendengar sadja. Kemudian dibitjarakan isi2nja terutama jang djadi perhatian ialah bagaimana perdjalanan perundingan disamping tindjauan dikedua buah surat kabar itu.

Dan ada djuga jang memberikan keterangan lebih djauh. Tapi tiba2 terdengar dari salah seorang mereka dalam bahasa Karo supaja memberikan terdjemahan dalam bahasa Karo sendiri.

Rupanja, mereka2 itu tidak paham benar bahasa Indonesia, dan mereka2 jang sebagai ini banjak djuga. Hanja menurut guru2 jang ada disana, bahasa Indonesia dicoba djuga mengadjarkannja disamping pemberantasan buta huruf jang diadakan untuk rakjat disekolah rendah umum.

Kalau kita duduk dikedai kopi maka disanalah terdengar ketjaman jang pedas atas beleid seseorang pemimpin, ketjaman mana umumnja adalah bersifat opbouwend. Dan ketjaman ini bukanlah dibelakang-belakang akan tetapi berterus terang dihadapan pemimpin2 jang bersangkutan.

Ketika kita sampai di Tiga Nderket, kebetulan sekali petang itu akan diadakan rapat berhubung dengan berdirinja Panitia Persatuan Pemuda Indonesia. Di sanalah kita dengar dari seorang pemuka bahwa sebelum itu banjak rakjat jang bertanja: “Apakah dibelakang mendirikan Persatuan Pemuda Indonesia ini tidak ada apa2nja. Djangan berulang penjakit lama”.

Segala2nja hendak mereka lihat kenjataannja dan mereka tak tjukup dengan tjuma kata2 jang muluk tapi belakang hari membahajakan kepada sesuatu golongan ataupun perdjoangan seluruhnja.

Pemuka didaerah itu diawasi benar oleh mereka dalam segala gerak-geriknja, sampai kepada rokoknja, dan sifat jang kritis sememang djika ditindjau lebih djauh adalah salah satu sifat jang terkadang memberatkan seorang pemuka dalam kewadjiban2nja se-hari2 akan tetapi diakui mereka djuga sifat inilah pula jang banjak mendjaga beleid mereka supaja segala2nja berdjalan baik dan segala tindakan mereka akibatnja dirasakan oleh rakjat kebaikannja.

Politik.

Didaerah ini tidak terdapat partai politik. Bukan tidak ada disana anggota2 PNI, Masjumi dan Pesindo serta lain2, akan tetapi umumnja rakjat disana tidakíah memikirkan soal partai-wezen. Mereka kini bersatu dalam Pertahanan Rakjat Semesta, jang kalau dibanding adalah sendjata jang terkuat dari Republik dimasa ini didaerah itu dalam masa ini.

Tidak sadja kaum lelaki jang tergabung didalamnja, akan tetapi djuga kaum wanitanja. Ketika kita tanjakan apakah sebabnja tidak berdiri partai2 wanita didaerah itu, maka didjawab mereka sudah tịukup bergabung dalam Pertahanan Rakjat Semesta, jang menjokong TNI dalam gerakannja dimasa sebelum cease-fire berlangsung.

Ketika kita tanjakan bagaimanakah pendapat mereka tentang KMB, rupanja dengan selalu digeser batas waktu KMB itu, ada djuga menjatakan tak akan ada hasilnja, tapi disamping itu banjak jang berharap supaja sebaliknja.

TNI disana.

Disamping menindjau keadaan didaerah itu maka djadi perhatian djuga betapa rapatnja hubungan TNI dengan penduduk. Ramah tamah kelihatan antara mereka. Asrama2 TNI memang ditempatkan djauh dari kampung2.

Pakaian mereka tjukup baik, makanannja tjukup terdjaga, dan diatur dengan se-baik2nja. Olah raga pendidikanpun tidak ketinggalan. Mereka djuga terus menerus dilatih.

Berbeda dengan masa jang lampau kelihatan sekali bahwa sikap2 pasukan TNI jang ada disana tetap waspada terhadap segala kemungkinan, jang menundjukkan bahwa mereka pertjaja kepada diri sendiri kalau KMB tidak memberikan kedaulatan jang diperdjoangkan sekarang.

Kesehatan.

Umumnja dalam penindjauan ini kelihatan penduduk disana tidak kurang kesehatannja. Penjakit gatal jang begitu terkenal dimasa jang lampau tidak ada. Obat2an ada, dan terkadang di satu kampung seperti di Tiga Nderket terdapat dua atau tiga kedai obat.

Benar dokter disana tidak ada akan tetapi rupanja dengan tenaga jang ada kesehatan rakjat diusahakan terus.

Harian Waspada tanggal 31 Oktober 1949.

Mantri “gerilja”.

Untuk menanjakan tentang kesehatan rakjat disana, maka kita telah bertemu dengan seorang mantri djururawat jang selama ini turut bergerilja. la seorang jang berasal dari daerah itu djuga.

Dia mentjeriterakan pengalamannja. Pernah katanja dia melakukan operasi atas seorang peradjurit jang kena pelor kakinja dan… operasi itu berhasil.

Peradjurit itu kini berada di Kota Tjane. Ketika kita tanja apakah ia tidak bermaksud akan meneruskan peladjaran kelak mendjadi dokter, sambil tersenjum ia mendjawab: “Itu bukan semuanja darurat, saudara. Saja lakukan kewadjiban sadja.”

Disamping mantri ini banjak pula dukun beranak jang beridjazah, dan ketika berkundjung ke sana telah datang seorang dokter dari Djakarta untuk menguruskan soal kesehatan didaerah itu. la djuga orang berasal dari daerah itu, Dr. Sitepu namanja.

Penghidupan berdjalan sebagai biasa.

Umumnja penghidupan berdjalan sebagai biạsa. Kalau diwaktu pagi tampaklah kaum ibu dan bapak pergi kesawah, sedang anak2 dengan badju jang bersih telah menudju sekolah rendah umum atau sekolah menengah, dan dipasar tampaklah sudah menanti, motor jang akan membawa penompangnja, penuh dengan tembakau, sajuran.

Perdagangan dengan daerah luar, terutama dengan Brastagi dengan Kabandjahe berdjalan dengan setjara tukar menukar. Jang dikeluarkan ialah banjak tembakau, dan sajur2an. Sedang kedalam banjak kain2.

Pada bahan2 jang dikeluarkan seperti tembakau dikenakan tjukai 10% ada djuga bahan2 jang dikenakan tjuma lima prosen.

Kesan2 jang lain.

Dalam mengundjungi daerah gerilja ini banjaklah kesan lain jang diperoleh. Sebelum mendjelang sampai kedaerah jang dikuasai TNI itu terutama didjalan menudju Tiga Binanga, selalų kita djumpai kuburan2, ditepi djalan, dan ketika kita tanjakan ternjata bahwa itulah kuburan peradjurit jang gugur ketika timbul pertempuran antara tentera Belanda dan TNI. Seperti di Tiga Ndreket, disana kita djumpai makam peradjurit.

Banjaklah kita dengar pertempuran berlangsung disana jang tidak diberitakan. Tapi semuanja itu kini sudah berachir dengan adanja cease fire.

===

Catatan dari admin Karosiadi:

● Beleid = cara (langkah) yang ditempuh untuk melaksanakan program.

● Opbouwend critiek = kritik yang membangun.

● Partai-wezen = keanggotaan partai.

● Cease fire = gencatan senjata.

● KMB = Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Den Haag (Belanda) pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. Berkat KMB, Indonesia akhirnya mendapat kedaulatannya. Acara penyerahan kedaulatan berlangsung pada 27 Desember 1949.

● Dokter Sitepu yang dimaksud adalah dokter Bena Sitepu Pandebesi. Beliau kelak menjadi anggota parlemen sebagai wakil dari fraksi Demokrat menggantikan almarhum Nerus Ginting Suka.

No More Posts Available.

No more pages to load.