Ibas sada kuta, lit sekalak anak perana gelarna Magar. la anak sada-sada. E maka megani kal ia. Perbahan idahna lit rusur kalak
Tag: taneh karo
Pa Rulih
Pa Rulih kalak bayak me kap. Rumahna mejile, kudana dua, kerbona telupuluh, babina ras manukna melala, sabahna mbelang janah serpina la terbeligai
Uliling
Asum si Sapa langa mbelin, la itehna uliling. Ibas sada wari gawah-gawah ia ku kerangen, ersurak – surak : “Aiyo, Aiyo!” Mintes
Menci ras Kucing
Maka ibas sada kuta lit sada kucing si mekelek nggit ngayak-ngayak menci tep-tep wari. Maka sikali djadi sangana kucing ndai lawes ku
Geriten di Depan Istana Sultan Deli (1862)
Harian “Sumatra Courant” pada tanggal 06-08-1864 menuliskan perjalanan Elisa Netscher ke Wilayah Deli. Netscher singgah di Labuhan Deli pada tahun 1862. Netscher
Bayi-bayi Karo (1932)
Pada tahun 1932, Jacob Hijmans De Haas (kelahiran Middelharnis, Belanda) melakukan penelitian ke Karo dibidang kesehatan khususnya mengenai kesehatan bayi dan proses
Krisis Malaise dan Gandum dari Karo.
Tanaman gandum pada awalnya masuk ke nusantara pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Selain Belanda, bangsa Portugis juga memperkenalkan tanaman gandum untuk memenuhi
Gereja Karo Pertama Ditahbiskan Tahun 1899 (Bagian 2)
Pada tanggal 24 Desember 1899, untuk pertama kalinya bangunan Gereja Karo berdiri dan ditahbiskan di Buluh Awar. Ini tidak lain atas kerja
Gereja Karo Pertama Ditahbiskan Tahun 1899 (Bagian 1)
Pada tanggal 24 Desember 1899, untuk pertama kalinya bangunan Gereja Karo berdiri dan ditahbiskan di Buluh Awar. Ini tidak lain atas kerja
Pantai Baru di Danau Lau Kawar (1939)
Koran De Sumatra Post pada tanggal 4 April 1939 menuliskan penolakan masyarakat Karo akan kedatangan banyak pelancong Eropah ke sebuah tepi di
No More Posts Available.
No more pages to load.