Sebelumnya telah dikabarkan hal yang membanggakan bagi Indonesia, Film Uis Nipes mendapat 4 nominasi dalam La Jolla International Fashion Film Festival 2018 yang digelar 19-21 Juli di San Diego, California, Amerika Serikat.
Penyelenggara acara menyebut ajang ini sebagai “The Cannes of The Fashion Film.”
Melalui karya Karina Soerbakti, film karyanya “Uis Nipes”, yang mengangkat budaya tradisional Karo, memperoleh nominasi 4 kategori untuk “Best Cinematography”, “Best Jewelry”, “Best Music (Sada Kata, Norma Br Tarigan)” dan “Best Accessories.”
Dan akhirnya dipenghujung perhelatan acara La Jolla International Fashion Film Festival 2018 diumumkan pemenang-pemenangnya adalah :
- Best Music : Sada Kata and Norma br Tarigan (Film Uis Nipes)
- Best Picture : Mario Padilla (Film Europa II)
- Best Director : Imanol Ruiz de Lara(Film Europa II)
- Best Fashion (Film Margaux Vol.1
- Best Actor : Sebastian Suave (Narcissus)
- Best Actress : Anna Smith (Film L ‘Instant)
- Best Art Direction : Adrien Servadio (Film Macrocosmos)
- Best Editing : Michele Bizzi (Film 129)
- Best Visual Effects : Joey Danger (Film Surrender)
- Best Creative Concept : Joshua Shultz (Film A String To Pull)
- Best Supporting Role Fashion Brand : La Fortezza (Film Touch Me)
- Best Set Design : Film Futurehood
- Best Costume Design : Film Inseparable
- Best Jewelry : Film The Wish
- Best Sound Design : Film Drown by Birth
- Best Cinematography : Film The Beauty of Reverso
- Best Documentary : Film “Mr. Stanley : The Merchant Prince”
- Best Accessories : Film She Walks in Beauty
- Best Narration : Katharina Theresia Schurf (Film Super Holly)
- Best Makeup : Einat Dan (Dool House)
- Best Hairstyling : Film The Visitation
Film Uis Nipes akhirnya memperoleh penghargaan sebagai film dengan musik terbaik (Best Music). Musik yang mengiringi Film Uis Nipes adalah : Tari Tungkat Karo (oleh Sada Kata) dan Iyo-iyo (dinyanyikan Norma br Tarigan).
Rekaman lagu Iyo-iyo yang dinyanyikan oleh Norma br Tarigan adalah produksi tahun 1992. Pemusik yang ikut mengisi di lagu Iyo-iyo (Gendang Lima Sendalanen) adalah : Kilo Ginting, Bangun Tarigan dan Mbaga Ginting. Artistic director adalah Rizaldi Siagian
Media asing Beverly Hills Courier menuliskan panjang lebar tentang Karina Soerbakti dan Film Uis Nipes :
One of the featured films is Karina Soerbakti’s Uis Nipes, referring to traditional Karonese attire from the Karo culture from North Sumatra, Indonesia.
She is an executive producer through her Kasoer Inc. production house, and appears in the film.
In her mid-20s she says, “I want to attract young people to do not hide their cultural identity as a root, but it needs to be contextually developed. In the movie, I show you how I could turn something traditional to a high street fashion and even couture. I have always loved fashion, so this time I challenged myself to style traditional ethnic cloth to make it more current and fashionable. The film is more than just fashion itself, I combined culture and scenery of the Karo altogether with fashion.”
This film has been nominated for IFFA awards in the categories of “Best Cinematography,” “Best Jewelry,” “Best Music” and ‘Best Accesories
Karina Soerbakti berperan sebagai produser eksekutif, pengarah gaya sekaligus talent untuk film ini.
Dalam video statement Karina yang diunggah di Vimeo, Karina mengatakan pembuatan film ini adalah caranya untuk kembali terhubung dengan akar budayanya sebagai orang Karo.
Selain itu, ia juga ingin memperkenalkan suku Karo dan kebudayaannya ke seluruh dunia.
“Saya merasa di Indonesia belum banyak orang yang tahu tentang kami, Suku Karo. Jadi saya merasa itu adalah tugas saya untuk memperkenalkan budaya Karo ke seluruh dunia,” kata Karina Soerbakti.
Dalam film ini, kata Karina, ia berusaha menunjukkan bagaimana Uis Nipes yang merupakan pakaian tradisional yang bisa diaplikasikan untuk cutting edge street wear dan bahkan couture alias adibusana.
Indonesia bangga memiliki Karina dan film Uis Nipes. Melalui Film Uis Nipes, kain dan musik tradisi Karo milik Indonesia diperkenalkan ke seluruh dunia.
Semoga saja pencapaian ini menjadi pemicu bagi sineas Tanah Air untuk meningkatkan kualitas film Indonesia.