, ,

Kios Buku di Sibolangit dan Kabanjahe (1932)

by -430 views
Kios di Sibolangit.
Kios di Sibolangit.

Telah berdiri kios buku di Sibolangit dan Kabanjahe. Majalah Nederlandsch Zendingsblad melaporkannya pada 1 September 1932.

Oleh : Edi Santana Sembiring.

Majalah Nederlandsch Zendingsblad yang terbit pada hari kamis tanggal 1 September 1932 menuliskan artikel berjudul “Colportage door kiosken.” Artikel ini menuliskan tentang pendirian kios buku di Sibolangit dan Kabanjahe.

Selama ini, penjualan buku-buku selalu dilakukan dari rumah ke rumah. Ini dirasa sulit dan mempekerjakan penjual keliling juga mahal pada akhirnya. Sementara para penginjil semuanya punya banyak pekerjaan, sehingga tidak banyak waktu tersisa untuk pekerjaan khusus penjualan ini.

Mereka yang tinggal di dekat pasar diajak untuk bekerjasama melakukan penjualan buku-buku pada hari pasar, dan mereka mau melakukannya. Sampai akhirnya terpikir untuk menyediakan tempat penjualan permanen di pasar untuk pekerjaan penginjilan dengan mendirikan kios.

Yang pertama berdiri di Sibolangit tahun 1931 dan hasilnya sangat memuaskan. Lalu dilanjutkan pendirian kios di Kabanjahe juga.

Kios di Kabanjahe

Dan tahun 1932 direncanakan satu lagi dibuka di Berastagi dan di pasar di Arnhemia (Pancurbatu). Dan para tukang kayu telah siap untuk membangunnya.

Biaya operasional kios ini kecil namun mampu menjangkau seluruh penduduk dengan cara ini. Ini disebabkan setiap orang Karo selalu mengunjungi pasar.

Di kios-kios ini dijual buku-buku Kristen berbahasa Karo. Juga ada buku Kristen berbahasa Melayu dan Toba. Juga dijual Alkitab berbahasa Belanda, dan buku-buku berita injil untuk anak-anak dan orang tua. Perlengkapan sekolah juga dapat dibeli di kios ini, karena ini adalah peluang utama untuk mencari perhatian para pembeli.

Biaya untuk membangun kios-kios ini berasal dari pengumpulan dana oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (Serikat Misonaris Negeri Belanda). Dan berdirilah dua kios pertama ini. Dan perlu pengumpulan dana lagi untuk berdirinya dua kios lainnya di tahun 1932.

Kios di Sibolangit berbentuk bujur sangkar, dan kios yang di Kabanjahe berbentuk segi enam. Artikel ini ditutup dengan sebuah dialog dari seorang penginjil kepada seorang karo yang menjadi tukang kayu pembangunan kios : Saya harus memberi tahu tukang kayu, bahwa dia dapat membangun kios, tetapi saya tidak dapat mengatakan kapan mereka akan dibayar. Dan dia menjawab: “Kalau begitu, bayar perlahan-lahan saja. Pekerjaan ini harus dilanjutkan.”

No More Posts Available.

No more pages to load.