,

Kebun Kopi dan Jeruk Milik Konijn di Lau Kawar (1937)

by -570 views
Jeruk di Pasar Berastagi (1937)
Jeruk di Pasar Berastagi (1937)

Karo Siadi pada tanggal 08 September 2017 pernah mengangkat artikel “Leendert Konijn Menanam Jeruk di Kaki Sinabung (1932).” Kali akan kembali diangkat kisah Leendert (Leen) Konijn di dataran tinggi Karo dan pengalamannya selama membuka perkebunan di sana. Dan ternyata Konijn tak hanya menanam beberapa jenis jeruk namun ia juga menanam kopi, sayur-sayuran dan menjual bibitnya di beberapa pasar.

Bagaimana kerjasamanya dengan 16 pekerjanya dan apa yang didapatkan mereka? Pada bahagian ini dapat dibaca kisahnya yang diterjemahkan dari artikel berjudul Sinaasappelkwekerij “Lao Kawar” atau Perkebunan Jeruk “Lao Kawar” yang dimuat di Majalah Het Landhuis, edisi no. 32 tahun 1937 yang terbit pada tanggal 12-05-1937.

 

Perkebunan Jeruk “Lao Kawar.”

(Sinaasappelkwekerij “Lao Kawar.”)

Letaknya berada di kaki Gunung Sinaboeng, di dataran tinggi Tanah Karo (Pantai Timur Sumatera), dekat danau dengan nama yang sama (yakni danau Lau Kawar). Tuan Konijn dulu bekerja di Rotterdam Tapanoeli Cultuur Mij sebagai administratur dan juga salah satu korban depresi ekonomi dunia (malaise) kala itu.

Namun, dia tidak duduk diam dan berusaha mendapatkan pekerjaan. Dia membuat rencana untuk memulai bisnis jeruk (orange) di area yang sesuai. Dia telah mengunjungi kebun percobaan ‘Soeka Radja‘ beberapa kali, yang didirikan secara eksklusif untuk budaya jeruk Citrus. Dan sebagai hasilnya, rencana untuk mendirikan pembibitan, baik untuk buah-buahan dan untuk sayuran, telah bulat.

Di kawasan yang indah ini, sudah cocok untuk budidaya jeruk, ia mampu menyewa 20 hektar tanah selama 50 tahun.

Dengan dukungan dari Administrasi Dalam Negeri, Departemen Pertanian dan Asosiasi Perdagangan Deli, dia bisa mulai ini.

Awal tempat tinggal. Dapat dilihat dengan jelas rumah bertiang kayu pakis, dinding berbahan bambu, dan atap dari ilalang kering..
Awal tempat tinggal. Dapat dilihat dengan jelas rumah bertiang kayu pakis, dinding berbahan bambu, dan atap dari ilalang kering..

Pada bulan April 1932, orang-orang Karo mulai melakukan pekerjaan untuk menebang dan membakar hutan lebat itu, setelah itu penanaman dipersiapkan. Dan akhirnya berbagai jenis jeruk ditanam, seperti jeruk Valencia dan Navel Washington. Bibit ini sekitar 100, berasal dari Departemen Pertanian dari kebun percobaan di Malang.

Kemudian ditanam 4 jenis buah anggur yakni Triumph, Manis besaar, Van Kuyk I dan Duncan. Lalu ditanam Satsuma (jeruk kerdil) dan selanjutnya lemon Villafranca dan ponderosa. Beberapa jenis lagi akan ditanam di masa depan.

Untuk mendapatkan penghasilan pada beberapa tahun pertama, kentang dan kopi (arabika) ditanam di antara tanaman jeruk. Kentangnya adalah jenis Andijker Muis.

Karena jaraknya cukup jauh dari kehidupan di Deli, tidak mudah untuk mendapatkan pekerja dari orang Jawa. Sementara orang Karo pergi dengan sangat mudah ke kampungnya, ketika mereka tinggal di sana.

Namun akhirnya Konijn telah memilih 8 orang Jawa dan 8 orang Karo untuk bekerja dengannya. Mereka menerima upah sebesar f 0.20 untuk bekerja selama setengah hari dari pukul 6 pagi hingga 11 siang dan sisa waktunya dapat digunakan mereka untuk mengerjakan pertanian di sebidang tanah, masing-masing kira-kira luasnya 0,7 Ha yang ditanami kentang dan sayuran untuk mereka sendiri. Pekerja akan mendapat 2/3 dari hasil kentang ini dan pemilik tanah 1/3.

Ini adalah aturan penggunaan wilayah yang ia harus patuhi. Di Simeloengoen, daerah sekitar Pematang Siantar, ada metode lain yakni di sana orang Simalungun memberikan tanahnya kepada orang Cina selama 3 tahun dan dia dapat menanam di atasnya apa yang dia inginkan, tetapi dengan kewajiban menanam benih kelapa di atasnya. Dengan demikian, setelah periode yang disebutkan di atas, orang Simalungun itu memiliki kebun kecil kelapa.

Konijn juga memberikan modal kepada para pekerja dalam bentuk beras, bibit tanaman kentang, dan uang kira-kira ƒ50, yang akan kembali ketika kentang dijual. Dengan cara ini, pekerja akan memelihara sebidang tanah mereka sendiri-sendiri, sambil memastikan bahwa kebun dan pembibitan tetap bersih.

Namun tidak cukup hanya dengan sistem penyiangan dengan membersihkan kebun, perlu mengawasi adanya kutu, terutama ulat tanah (Agrotis ypsilon Rott.). Terutama di tempat penyemaian biji kopi dan jeruk, mereka dapat menyebabkan kerusakan besar, bahkan menghancurkan ribuan tanaman.

Dari 25.000 biji kopi yang dibibitkan misalnya, hanya 7.000 yang selamat dan perlu perhatian dan usaha keras. Mereka tidak dapat dibasmi dengan Schweinfürter grün, arsenate timbal atau ekstrak dari Akkar Toeba (Derris elliptict Benth). Mereka memakannya, tetapi tidak mati, menurut Tuan Konijn. Karena itu, menangkap adalah satu-satunya cara yang efektif.

Rumah baru Konijn, meskipun lebih baik dari yang pertama, masih sangat apa adanya.
Rumah baru Konijn, meskipun lebih baik dari yang pertama, masih sangat apa adanya.

Rumah perintis ini masih sederhana, seperti terlihat di foto yang terlampir. Konijn tinggal di sini bersama istrinya yang juga orang Eropa dan 2 anaknya. Rumah sementara pertama beratap ilalang (Imperata cylindrica) dan dinding bilik atau gedek (bambu pipih). Dia kemudian membangun rumah yang lebih permanen, ditutupi dengan seng bergelombang.

Konijn juga ingin fokus pada penanaman sayuran. Kacang polong dan Rubarb (rhubarb) sudah berhasil, kecuali sayuran seperti kacang-kacangan, wortel, dll. Ini merupakan jenis sayuran baru untuk Pantai Timur. Benih sayuran bersumber dari perusahaan Turkenburg di Bodegraven.

Konijn juga menjual benih-benih sayuran. Dia mempekerjakan seorang Karo untuk menjualnya di berbagai pasar baik Berastagi, Kaban-Djahé dan Seriboe Dolok.

Pemandangan pasar di Berastagi. Karung jeruk di latar depan dengan orang Karo berdiri di dekatnya.
Pemandangan pasar di Berastagi. Karung-karung berisi jeruk di latar depan dengan orang Karo berdiri di dekatnya.

Cuaca di sini cukup baik. Cukup banyak sinar matahari dan curah hujannya pun konstan, yang merupakan faktor menguntungkan untuk budi daya jeruk. Untuk memperoleh data tentang kondisi ini, Konijn merekam data tentang keadaan hujan, panas, suhu udara dan lainnya setiap hari dan dikirim ke stasiun uji Deli di Medan setiap bulan. Tuan Konijn sangat optimis tentang kesuksesan perkebunan ini.

Konijn dengan bedeng pembibitan biji kopinya seperti yang dijelaskan di bagian artikel.
Konijn dengan bedeng pembibitan biji kopinya seperti yang dijelaskan di bagian artikel.

Biji kopi umumnya disemai di tempat pembibitan di tanah terbuka, dalam kotak-kotak kecambah. Segera setelah tingginya 15 cm, bibit tanaman siap diambil dari tempat pembibitan untuk ditanam. Untuk menangkap ulat bulu di kotak kecambah, daun tembakau ditempatkan di tempat pembibitan dan diperiksa setiap hari.

Konijn juga memberi tahu kami pengalamannya dengan pekerjanya yang orang Jawa. Dan kamipun dengan senang hati membagikan ceritanya dengan Anda.

Suatu hari seorang Jawa datang kepadanya, yang istrinya bertengkar dengan istri orang Jawa lain, yang juga bekerja dengannya. Dia memintanya untuk memecat suami wanita itu.

Ini hal yang berat bagi Konijn, karena pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang rajin. Konijn mengatakan kepadanya, bahwa pengadu bebas pergi ke tempat yang diinginkannya. Konijn menunjukkan kepadanya bahwa kentangnya dapat dipanen dalam waktu 140 hari dan hasilnya mungkin mencapai f100. Dari jumlah ini, pekerja akan menerima 2/3 hasilnya.

Jika dia pergi sekarang, tanah akan dipakai orang lain. Tapi itu tidak membuat pengaruh sedikitpun, karena keesokan paginya dia pergi dan Tuan Konijn tidak pernah mendengar kabar darinya lagi.

No More Posts Available.

No more pages to load.